Manisnya berdzikir tidak ada yang bisa merasakan, kecuali orang yang melakukannya. Pencapainya tidak terbatas hanya kalangan “elit ulama” yang notabene kaya ilmu agama dengan segala ragamnya. Namun bisa jadi dicapai oleh seorang yang berada pada level “terendah” di kalangan umat Islam. Sebabnya, karena pencapaian manisnya berdzikir terkait erat dengan kejernihan hati. Hanya hati yang putih bersih yang kuasa hadir dalam Allah dan menikmati kelezatan berdialog dengan-Nya. Buku ini memaparkan secara detil bagaimana jama’ah tarekat pada Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) Suryalaya Tasikmalaya memaknai tarekat untuk meniti jalan menuju dzikrullah dengan tulus melalui simbol kupu-kupu. Pengungkapan makna simbol kupu-kupu secara normatif dan sekaligus implementatif ke dalam aksi dzikir dan perilaku sehari-hari jama’ah TQN Suryalaya menjadi bagian yang penting dalam pembahasan buku ini.
Komentar
Posting Komentar